Selasa, 10 Mei 2016

berdamai pada rinai

aku masih melihat dari balik jendela
masih sama
ia berlarian mengejar asa
masih sama
ia mencoba untuk setia di setiap masa

berdamai pada rinai
dilema sang jingga yang tertutup columbus
atau
dilema sang penyair tentang bait yang tak pernah selesai

rinai masih terjaga
rinai merdeka
rinai dan aku teikat pada kondisi yang sma
rinai belum beranjak
masih sama
tapi kita telah berdamai pada rinai

Sabtu, 30 Januari 2016

Gado-Gadonya Pecel Kehidupan

Sampai saat ini, saya tidak bisa membedakan 2 jenis makanan tersebut. Yang saya tahu, keduanya menggunakan bumbu yang sama yaitu kacang tumbuk. Walaupun saus kacang sangat enak, tapi ada komponen di dalam gado-gado dan pecel yang tidak saya senangi, yups,,,,,itu adalah tumbuhan hijau alias sayur.
Menganalogikan gado-gado, pecel dan kehidupan sungguh sangat menarik.
Didalam hidup ini, kita gak bisa hanya bahagia tapi suatu saat kita harus merasakan sakit supaya kita mensyukuri nikmat allah yang luar biasa ini.
Sama seperti dalam pembuatan gado-gado dan pecel semua komponen menjadi satu, ketika sang penikmat gado-gado hanya menginginkan saus kacang dan tahu potong, dia juga harus merasakan tumbuhan hijau dalam olahan makanan tradisional masyarakat Indonesia itu.
Tumbuhan hijau tersebut sangat banyak manfaatnya, sama halnya dengan masalah yang ada dikehidupan kita. Masalah itu sangat bermanfaat, selain membuat kita dekat dengan Allah, juga membuat kita kuat, tegap, dan kokoh.
Banyak masalah, harusnya kita semakin dewasa, semakin kuat, bukannya semakin lemah, goblok, atau parno.

Kembali ke gado-gado dan pecel.
Masih banyak orang diluaran sana yang tidak bisa menikmati gado-gado dan pecel.....
Menikmati tahu goreng tanpa saus kacang sebagai sarapan pagi, makan siang, makan malam saja sudah bersyukur.
Belum lagi, yang hanya harus meminum air putih sebagai pengganti itu semua.
Astagfrullah.....betapa mirisnya.
Haiio,, masih gak mau bersyukur bagi yang masih menikmati saus kacang dalam gado-gado atau pecel di sarapannya????? kalaupun ada tumbuhan hijau, ataupun komponen yang lain yang tidak kita senangi...nikmatilah,,,bersyukurlah,,,karena itu adalah cara Tuhan supaya kita bisa mensyukuri hidup.

Selasa, 26 Januari 2016

Telor Ceplok

Bertahun-tahun meninggalkan dunia tulis menulis, akhirnya aku kembali ke dunia ini. Tadaaaaaa...ini tulisan perdana setelah aku menyandang gelar Istri.
Bismillahirahmanirahim ( bukankah memulai sesuatu akan lebih indah jika diawali dengan kalimat tersebut).


Berbicara megenai telor ceplok, sebenarnya tidaklah rumit

Dimulai dari seorang gadis yang berstatus mahasiswa sama sekali gak bisa masak. Masakan sederhana seperti telor ceplokpun, hangus didalam kuali kecil ala anak kostan. Setelah 3 tahun belajar menanak nasi, membuat telor ceplok yang enak, dan merapikan istana.....si telor celok sekarang sudah menjadi telor dadar.
Perjuangan telor ceplok menjadi telor dadar gak semudah yang dibayangkan.


Telor ceplok, daging cincang, daun bawang, cabe merah, bawang bombai sekarang sudah menjadi suatu kesatuan dalam sebuah kemasan cantik yang bernama omelet.
Omelet yang dimasak, terkadang terlalu banyak cabai sehingga yang menyantapnya merasakan sensasi pedas yang luar biasa.
Bukan omelet yang salah jika seperti itu, omelet hanya berusaha memberikan yang terbaik untuk para penggemarnya. Tapi, namanya manusia mempunyai selera yang berubaha-ubah.
Omelet terkadang harus di campur kacang polong kalengan, omelet kadang hanya dicampur kornet kalengan, atau omelet kadang hanya di campur daun bawang.
Ah,,,,,,,banyak sekali permintaan penggemar.

Omelet terkadang harus merelakan ketika renkarnasinya dari telor ceplok harus dihujat.
"telor busuk"
"telor asin"
"telor pedas"

hufh....telor ceplok hanya bisa tersenyum lewat putihnya...